Selasa, 23 Juni 2015

Pengolahan Citra Digital

Pertemuan 9 


Model Dinamic (Cellular Automata/CA)


Model CA adalah suatu metoda komputasi untuk memprediksi perubahan sistem dinamik yang bergantung pada aturan sederhana dan berkembang hanya menurut aturan tersebut dari waktu ke waktu. Metoda ini pertama kali diperkenalkan oleh Ulam dan von Neumann pada tahun 1948 untuk menyelidiki perilaku sistem kompleks secara luas dalam proses biologi seperti memperbanyak diri (von Neumann, 1966). 
Dalam pengembangannya, Wolfram menggambarkan koleksi sel yang diwarnai pada petak (grid) dengan bentuk khusus yang berkembang melalui sejumlah langkah waktu yang diskrit dengan sebuah himpunan aturan-aturan berdasarkan keadaan dari sel-sel tetangganya. Perubahan komponen sel inti yang berlangsung dipengaruhi oleh keadaan interaksi dengan sel tetangga di sekeliling sel inti (Weisstein, Eric W. 2002). 
Interaksi ini pada awalnya berubah secara dinamis dalam dimensi keruangan dan kewaktuan, kemudian berkembang menjadi skala global. CA telah banyak diterapkan di berbagai bidang ilmu, baik di bidang ilmu sosial maupun ilmu eksakta. Bandini, S., et al. (2004) mengeksploitasi pemodelan baru dan alat simulasi dalam rangka untuk mempelajari sistem yang kompleks dan fenomena dalam konteks ekonomi dan sosial. Masalah khusus yang dikaji menyangkut dinamika kompleks yang terlibat dalam model harga modal dengan agen heterogen. Dalam mengaplikasikan CA untuk masalah ini adalah termotivasi oleh kenyataan bahwa dinamika global pasar modal (misalnya kecenderungan yang berlaku global untuk membeli atau menjual) dapat dipelajari sebagai hasil dari interaksi lokal yang muncul dari entitas otonom yang terlibat dalam sistem pasar. Torres, A.S, et al (2010), memanfaatkan CA dan model numerik untuk perencanaan sistem aliran pipa air di perkotaan. Dalam kajian ini, ia memperkirakan pertumbuhan perkotaan dan perubahan penggunaan lahan untuk memperluas jaringan distribusi air ke sel-sel baru atau bagian perkotaan yang membutuhkan layanan air. Hegde N.P, et al, (2008), menggunakan Neural Network dan CA untuk memprediksi pertumbuhan pemukiman. Penelitiannya bertujuan untuk memprediksi perubahan penggunaan lahan guna mengatahui pertumbuhan pemukiman. Penggunaan CA untuk mensimulasikan perkolasi pestisida dalam tanah, juga telah dimanfaatkan oleh Stefania Bandini and Giulio Pavesi (2002). Dalam simulasi ini, hanya didistribusikan pestisida partikel seragam pada permukaan sel dengan anggapan bahwa distribusi yang berbeda, mencerminkan lebih rinci pestisida diserap oleh tanah. Selain itu, simulasi evakuasi dengan cara menyelidiki perilaku dinamika pejalan kaki agar dapat dievakuasi secara darurat dan secara khusus berkonsentrasi pada kasus-kasus yang melibatkan evakuasi paksa sejumlah besar orang 6 karena ancaman api yang berada di dalam gedung dengan jumlah tertentu yang keluar (Tissera,P.B et al., 2007). Dinamika perubahan penggunaan lahan setiap saat dan di lokasi manapun akan selalu berlangsung, hal ini dakibatkan oleh faktor driving forces sebagaimana telah disebutkan oleh Skole dan Tucker (1993). Namun untuk meminimalisasi faktor tersebut, diperlukan aturan dan juga skenario sehingga perubahanya akan mengurangi dampak kerusakan yang ditimbulkannya. Karena itu penelitian ini akan menggunakan model CA untuk melakukan simulasi perubahan penggunaan lahan yang merupakan salah satu faktor penentu sedimentasi. 

Dalam analisa kawasan perkotaan, wilayah diluar sel hidup merupakan kawasan non urban. Pertama-tama kita harus mengasumsikan variabel interaksi sosial, sistem ekonomi, dan kondisi lingkungan di seluruh wilayah studi. Setiap bentukan lahan dapat termasuk pada wilayah urban atau non urban berdasarkan karakteristis tersebut. Aturan transisi di dalam sel menunjukan seperti apa satu sel berkembang dari waktu ke waktu. Kemudian dengan logika “IF-THEN” diinterpretasikan seperti apa arah perkembangan sel tersebut. Sistem ini dapat mewakili sistem pembangunan yang kompleks di perkotaan.
Aturan 1:
IF
Terdapat tiga bagian sel yang berkembang menurut moore neighborhood dan sel non urban.
THEN
Wilayah non urban akan berkembang



Aturan pertama masih memiliki kekurangan, yaitu bisa saja setiap sel memiliki karakteristik yang berbeda dalam sisi fisik alam. Selain itu kebutuhan aktifitas di kawasan perkotaan hanya bisa didetailkan dengan lingkup ketelitian kurang dari 300 meter, maka di luar sel berketelitian 300m dianggap tidak terdapat pembangunan. Untuk mengakomodasi variabel yang lebih dalam maka dibuat aturan ke2.
Aturan ke-2:
IF
Bentuk bentang alam lebih dari 300 meter
THEN
Bentukan lahan akan menjadi tidak terbangun


Aturan ke-3:
IF
Terdapat dua atau tiga kawasan urban, dengan kawasan lainya sebagai kawasan non urban, dan terdapat jalan di dalamnya
THEN
Wilayah non urban akan berkembang menjadi wilayah urban.



sumber : Materi Bahan Perkuliahan PCD

Pengolahan Citra Digital

Pertemuan 7 

                                    LAND COVER


Land cover (penutupan lahan) dan land use (penggunaan lahan), sering sekali digunakan dalam kajian permukaan bumi. Sering terpakainya istilah ini terkadang malah mengaburkan arti dari masing-masingnya, dan juga, akhirnya, sering diartikan terbolak-balik. Lillesand dan Kiefer pada tulisan mereka tahun 1979 kurang lebih berkata: penutupan lahan berkaitan dengan jesis kenampakan yang ada di permukaan bumi, sedangkan penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada obyek tersebut.
Townshend dan Justice pada tahun 1981 juga punya pendapat mengenai penutupan lahan, yaitu penutupan lahan adalah perwujudan secara fisik (visual) dari vegetasi, benda alam, dan unsur-unsur budaya yang ada di permukaan bumi tanpa memperhatikan kegiatan manusia terhadap obyek tersebut.
Sedangkan Barret dan Curtis, tahun 1982, mengatakan bahwa permukaan bumi sebagian terdiri dari kenampakan alamiah (penutupan lahan) seperti vegetasi, salju, dan lain sebagainya. Dan sebagian lagi berupa kenampakan hasil aktivitas manusia (penggunaan lahan).
Landuse adalah kegiatan yang dilaksanakan pada lahan, jadi sangat berbeda dengan landcover dimana landcover menjelaskan obyek yang terdapat pada lahan tersebut. jika landuse-nya sawah, maka landcover-nya satu saat bisa air (saat tanah diolah pertama), bisa rerumput/padi (saat padi sudah ditanam), bisa pula tanah (saat setelah panen). jika suatu area landuse-nya permukiman, maka landcovernya bisa bermacam seperti semen/beton (lapangan tenis), vegetasi (tamannya), aspal (jalannya), dll. Tahapan untuk pembuatan peta penutupan lahan (land cover) dalam studi ini kami klasifikasikan menjadi 2 tahap yaitu : 
pra-pengolahan citra (Pre Processing) dan pengolahan citra lebih lanjut. Berikut ini merupakan diagram alir yang menjelaskan kerangka metodologis di dalam pembuatan peta penutupan lahan ini.













1. Pra-pengolahan citra 
Dalam pemrosesan atau analisa citra indraja secara digital, pra-pengolahan citra diartikan sebagai pemprosesan awal sebelum dilakukan pengolahan citra lebih lanjut.  Prosedur ini bertujuan untuk memperbaiki data citra yang mengalami distorsi atau kesalahan kedalam bentuk aslinya.  Ada dua pekerjaan yang dilakukan pada tahap pra pengolahan citra yaitu : koreksi geometrik dan koreksi radiometrik.

  • Koreksi Geometrik

Koreksi geometrik dilakukan terhadap kesalahan geometrik yang terjadi pada saat perekaman.






Contoh Proses Kerja Koreksi Geometrik Citra Satelit



  • Koreksi Radiometrik


Koreksi radiometrik dilakukan untuk memperbaiki ditorsi atau kesalahan radiometrik seperti kesalahan pada sistem optik, kesalahan gangguan energi radiasi elektromagnetik pada atmosfer, dan pengaruh sudut elevasi matahari. 





Proses Kerja Koreksi Radiometri Citra Satelit



2. Pengolahan Citra Lebih Lanjut


  • Penajaman Kontras Penyusun Citra Komposit Warna

Citra satelit yang digunakan tidak langsung mempunyai warna yang kontras. Hal tersebut akan mengakibatkan warna dari citra akan kelihatan gelap. Warna yang tidak kontras tersebut tentunya akan sangat mengurangi kemampuan interpreter dalam melakukan identifikasi terhadap obyek yang tergambar pada citra. Untuk mengatasi hal tersebut dapat diakukan penajaman kontras. Penajaman kontras tersebut dilakukan dengan merentangkan nilai piksel dari citra sehingga nilai piksel yang ada tersebar secara merata pada julat nilai spektralnya dan tidak mengumpul pada nilai piksel rendah.










Citra Komposit Warna Kombinasi RGB 542 Hasil Penajaman Kontras




  • Pembuatan Mosaik Citra dan Color Balancing

Mosaik dilakukan untuk menampilkan seluruh scene data citra satelit untuk melihat liputan citra secara keseluruhan. Color balancing dilakukan untuk menyamakan rona dan warna citra satelit agar terlihat bersambung dan tidak tampak batas perekamannya. Citra Landsat 5 yang sudah mempunyai nilai koordinat dapat ditampilkan dalam satu layar guna memudahkan proses interpretasi dan menentukan daerah liputan penelitian.




  • Pembuatan Compressed Image

Compressed image dilakukan untuk mendapatkan citra hasil mosaik dan color balancingdengan kapasitas data yang kecil tetapi memiliki kualitas yang tetap baik. Cara ini sangat penting dilakukan untuk proses interpretasi obyek yang diperlukan pada pekerjaan ini.Proses display akan dapat dilakukan lebih cepat bila volume data dapat dikurangi. Proses ini akan dilakukan menggunakan teknologi compressi yang khusus untuk menjaga kualitas citra.

Teknik interpretasi secara visual dilakukan dengan metode hirarki konvergensi bukti. Obyek akan dikenali berdasarkan unsur-unsur interpretasi yang berupa rona/warna, tekstur, bentuk, ukuran, pola, bayangan, tinggi, situs dan asosiasi. Konsep konvergensi bukti dapat diilustrasikan dengan Gambar 4 di bawah ini, dimana suatu obyek dikenali berdasarkan beberapa unsur interpretasi yang makin mengerucut pada suatu kesimpulan.






 Metode Hirarki Konvergensi Bukti




Interpretasi visual dilakukan berdasarkan kunci interpretasi, yaitu rona, warna, bentuk, pola, ukuran, bayangan, asosiasi, dan situs. Pengenalan obyek-obyek penutupan lahan dilakukan berdasarkan ciri-cirinya, lebih kurang seperti yang diterangkan pada tabel di bawah ini.

Data penutupan lahan eksisting dapat diperoleh dengan menggunakan data penginderaan jauh, dalam hal ini adalah citra satelit Landsat 5.

Elemen dari interpretasi visual target dapat dikenali dalam pengertian caranya melepaskan radiasi yang dari energi yang diterimanya. Radiasi ini kemudian diukur dan direkam oleh sensor, dan pada akhirnya digambarkan sebagai sebuah produk image seperti foto udara dan citra satelit. Pengenalan target merupakan kunci dari interpretasi dan pengambilan informasi. Pengamatan perbedaan diantara objek dengan lingkungannya melibatkan satu atau beberapa dari unsur-unsur visual. Elemen visual yang dapat dijadikan sebagai kunci interpretasi adalah  tone (kekontrasan warna), shape  (bentuk), size (ukuran), pattern (pola), tekstur, shadow (bayangan), dan asosiasi situs.

Untuk menyesuaikan dengan kondisi sebenarnya dilakukan ground check dengan mengacu kepada table berikut.

 
  • Pemetaan Penutupan Lahan (Land Cover)
Data penutupan lahan eksisting yang diperoleh dengan menggunakan data penginderaan jauh (Citra Satelit Landsat 5) kemudian dilakukan proses digitized on screen dengan menggunakan software GIS, yaitu ArcGIS versi 9.3, seperti yang terlihat pada gambar berikut.


Proses Ekstraksi Data Spasial Penutupan Lahan Existing



Sumber : Materi Perkuliahan PCD

Pengolahan Citra Digital


Pertemuan 7



Aplikasi Remote Sensing Dalam Bidang Perencanaan Wilayah dan Kota




PENGINDERAAN JAUH / REMOTE SENSING

A.    PEGERTIAN PENGINDRAAN JAUH (INDRAJA)
Penginderaan jauh atau disingkat inderaja, berasal dari bahasa Inggris yaitu remote sensing. Pada awal perkembangannya, inderaja hanya merupakan teknik yang dikembangkan untuk memperoleh data di permukaan bumi. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan iptek, ternyata inderaja seringkali berfungsi sebagai suatu ilmu. Everett dan Simonett mengemukakan bahwa hakikat penginderaan jauh sebagai suatu ilmu, karena terdapat suatu sistematika tertentu untuk dapat menganalisis informasi tentang permukaan bumi. Berikut adalah pengetian penginderaan jauh menurut para ahli .
1.      Menurut Lillesand dan Kiefer (1979), Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji.
2.      Menurut Colwell (1984) Penginderaaan Jauh yaitu suatu pengukuran atau perolehan data pada objek di permukaan bumi dari satelit atau instrumen lain di atas atau jauh dari objek yang diindera.
3.      Menurut Curran, (1985) Penginderaan Jauh yaitu penggunaan sensor radiasi elektromagnetik untuk merekam gambar lingkungan bumi yang dapat diinterpretasikan sehingga menghasilkan informasi yang berguna.
4.      Menurut Lindgren (1985) Penginderaan Jauh yaitu berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi.
5.      Menurut Sabins, Penginderaan jauh adalah suatu ilmu untuk memperoleh, mengolah dan menginterpretasi citra yang telah direkam yang berasal dari interaksi antara gelombang elektromagnetik dengan suatu obyek.
Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengindraan jauh adalah ilmu atau seni cara merekam suatu objek tanpa kontak fisik dengan menggunakan alat pada pesawat terbang, balon udara, satelit, dan lain-lain. Dalam hal ini yang direkam adalah permukaan bumi untuk berbagai kepentingan manusia. Sedangkan arti dari citra adalah hasil gambar dari proses perekaman penginderaan jauh (inderaja) yang umumnya berupa foto. Dan alat yang digunakan bisa berupa misalnya dari pesawat, pesawat luar angkasa, satelit, kapal atau alat lain.




Saat ini, teknologi penginderaan jauh citra satelit mampu menyediakan data dengan cakupan yang luas, secara cepat dan tepat waktu. Dengan didukung sistem informasi geografis, maka perencanaan spasial dapat dilakukan dengan lebih mudah dan cepat. Citra dapat dibedakan atas citra foto (photographic image) atau foto udara dan citra non foto (non photographic image).
Dalam perencanaan bidang pertanian, citra satelit dapat dimanfaatkan antara lain untuk  perencanaan pola tanam dan  perencanaan peremajaan tanaman.  Ketersediaan data citra dapat membantu dalam menetukan kesesuaian lahan untuk pengembangan komoditi tertentu sesuai dengan kelas kemampuan lahan. Melalui citra, dapat diketahui gejala atau kenampakan di permukaan bumi.  Citra dapat dengan cepat menggambarkan objek yang sangat sulit dijangkau oleh pengamatan langsung (lapangan) melalui intrepretasi citra. Intrepretasi citra untuk mengenali objek dilakukan melalui tahapan deteksi, identifikasi dan analisis citra.
Salah satu keuntungan dari data citra satelit untuk deteksi dan inventarisasi sumberdaya lahan pertanian adalah setiap lembar (scene) citra ini mencakup wilayah yang sangat luas yaitu sekitar 60–180 km2 (360.000–3.240.000 ha). Dengan mengamati daerah yang sangat luas sekaligus,  beserta keadaan lahan yang mencakup topografi/relief, pertumbuhan tanaman/ vegetasi dan fenomena alam yang terekam dalam citra member peluang untuk mengamati, mempelajari pengaruh iklim, vegetasi, litologi dan topografi terhadap penyebaran sumberdaya lahan dan lahan pertanian.
Dengan teknologi Inderaja, penjelajahan lapangan dapat dikurangi, sehingga akan menghemat waktu dan biaya bila dibanding dengan cara teristris di lapangan. Pemanfaatan teknologi Inderaja di Indonesia perlu lebih dikembangan dan diaplikasikan untuk mendukung efisiensi pelaksanaan inventarisasi sumberdaya lahan/tanah dan identifikasi penyebaran karakteristik lahan pertanian (lahan sawah, lahan kering, lahan rawa, lahan tidur, lahan kritis, estimasi produksi) terutama pada wilayah sentra produksi pangan.




sumber : Materi Perkuliahan PCD

Pengolahan Citra Digital

Pertemuan 6 

                                       WATER RESOURCES MANAGEMENT



Pengelolaan sumber daya air adalah kegiatan perencanaan, pengembangan, mendistribusikan dan mengelola penggunaan optimal dari sumber daya air . Ini adalah sub-setmanajemen siklus air . Idealnya, perencanaan pengelolaan sumber daya air memiliki hal semua tuntutan bersaing untuk air dan berusaha untuk mengalokasikan air secara merata untuk memenuhi semua penggunaan dan tuntutan. Seperti lain pengelolaan sumber daya , ini jarang mungkin dalam praktek.

Pertanian: air terbesar konsumen

Pertanian adalah pengguna terbesar dari sumber daya dunia air tawar, mengkonsumsi 70 persen.Sebagai populasi dunia meningkat dan mengkonsumsi lebih banyak makanan (saat ini melebihi 6%, itu diperkirakan akan mencapai 9% pada tahun 2050), industri dan perkembangan perkotaan berkembang, dan muncul biofuel perdagangan tanaman juga menuntut bagian dari sumber daya air tawar, kelangkaan air menjadi isu penting. Penilaian pengelolaan sumber daya air dalam pertanian dilakukan pada tahun 2007 oleh Institut Manajemen Air Internasional di Sri Lanka untuk melihat apakah dunia memiliki air yang cukup untuk menyediakan makanan bagi pertumbuhan populasi.Ini dinilai ketersediaan saat air untuk pertanian di skala global dan memetakan lokasi yang menderita kelangkaan air. Ditemukan bahwa seperlima dari penduduk dunia, lebih dari 1,2 miliar, tinggal di daerah kelangkaan air fisik , di mana tidak ada cukup air untuk memenuhi semua tuntutan. Sebanyak 1,6 miliar orang tinggal di daerah yang mengalami kelangkaan air ekonomi , di mana kurangnya investasi dalam air atau kapasitas manusia tidak cukup membuat tidak mungkin bagi pemerintah untuk memenuhi permintaan air.
Laporan ini menemukan bahwa akan ada kemungkinan untuk menghasilkan makanan yang dibutuhkan di masa depan, tapi itu kelanjutan dari produksi pangan saat ini dan tren lingkungan akan menyebabkan krisis di banyak bagian dunia. Mengenai produksi pangan, Bank Dunia menargetkan produksi pangan pertanian dan pengelolaan sumber daya air sebagai isu yang semakin global yang mendorong sebuah perdebatan penting dan berkembang. Para penulis dari buku Out of Water: Dari kelimpahan ke Kelangkaan dan Bagaimana Memecahkan Masalah Air dunia, diterbitkan pada tahun 2011, ditetapkan rencana enam poin untuk memecahkan masalah air di dunia. Ini adalah:
 1) Meningkatkan data yang berhubungan dengan air; 
2) Hargailah lingkungan; 
3) tata kelola air Reformasi;
 4) Merevitalisasi penggunaan air pertanian; 
5) Mengelola permintaan perkotaan dan industri; dan 
6) Memberdayakan masyarakat miskin dan perempuan dalam pengelolaan sumber daya air. Untuk menghindari krisis air global, petani harus berusaha untuk meningkatkan produktivitas untuk memenuhi tuntutan yang berkembang untuk makanan, sementara industri dan kota menemukan cara untuk menggunakan air lebih efisien. 

Mengelola air di perkotaan 

Sebagai daya dukung meningkat Bumi sangat karena kemajuan teknologi, urbanisasi di zaman modern terjadi karena peluang ekonomi. Urbanisasi yang cepat ini terjadi di seluruh dunia tetapi sebagian besar di negara penggalangan baru dan negara-negara berkembang. Kota-kota di Afrika dan Asia yang paling cepat berkembang dengan 28 dari 39 kota besar di seluruh dunia dalam ini negara-negara berkembang.Jumlah kota-kota besar akan terus meningkat mencapai sekitar 50 tahun 2025. Megacity: sebuah kota atau daerah perkotaan dengan lebih dari 10 juta penduduk . Dengan mengembangkan kelangkaan ekonomi air adalah masalah yang sangat umum dan sangat lazim. Sumber air segar berkurang di belahan timur baik daripada di kutub, dan dengan mayoritas jutaan pembangunan perkotaan hidup dengan air tawar cukup. Hal ini disebabkan oleh: sumber air tawar sering tercemar, sumber air tanah dieksploitasi secara berlebihan, kapasitas panen cukup di daerah pedesaan sekitarnya, sistem penyediaan air buruk dibangun dan dipelihara, tingginya jumlah penggunaan air informal dan kapasitas manajemen teknis dan air tidak mencukupi.
Di daerah sekitar pusat-pusat perkotaan, pertanian harus bersaing dengan industri dan pengguna kota untuk persediaan air bersih, sementara sumber air tradisional menjadi tercemar dengan limbah perkotaan. Sebagai kota menawarkan kesempatan terbaik untuk menjual produk, petani sering tidak memiliki alternatif untuk menggunakan air tercemar untuk mengairi tanaman mereka. Tergantung pada bagaimana dikembangkan pengolahan air limbah kota adalah, bisa ada bahaya kesehatan yang signifikan terkait dengan penggunaan air ini. Air limbah dari kota dapat berisi campuran polutan. Biasanya air limbah dari dapur dan toilet bersama dengan limpasan air hujan. Ini berarti bahwa air biasanya mengandung kadar berlebihan nutrisi dan garam, serta berbagai patogen. Logam berat juga dapat hadir, bersama dengan jejak antibiotik dan endokrin, seperti estrogen.
Negara-negara berkembang dunia cenderung memiliki tingkat terendah pengolahan air limbah. Seringkali, air yang digunakan petani untuk mengairi tanaman terkontaminasi dengan patogen dari kotoran. Patogen paling memprihatinkan adalah bakteri, virus dan cacing parasit, yang secara langsung mempengaruhi kesehatan petani dan secara tidak langsung mempengaruhi konsumen jika mereka makan tanaman yang terkontaminasi. Penyakit umum termasuk diare, yang membunuh 1,1 juta orang per tahun dan merupakan penyebab paling umum kedua kematian bayi. Banyak wabah kolera juga terkait dengan penggunaan kembali air limbah diperlakukan buruk. Tindakan yang mengurangi atau menghilangkan kontaminasi, oleh karena itu, memiliki potensi untuk menyimpan sejumlah besar kehidupan dan meningkatkan mata pencaharian. Para ilmuwan telah bekerja untuk menemukan cara untuk mengurangi kontaminasi makanan menggunakan metode yang disebut 'pendekatan multi-penghalang'.
Ini melibatkan menganalisis proses produksi makanan dari tumbuh tanaman untuk menjualnya di pasar dan makan mereka, maka mengingat di mana ada kemungkinan untuk menciptakan sebuah penghalang terhadap kontaminasi. Hambatan meliputi: memperkenalkan lebih aman irigasi praktek; mempromosikan on-farm pengolahan air limbah;mengambil tindakan yang menyebabkan patogen mati off; dan efektif mencuci tanaman setelah panen di pasar dan restoran

Masa Depan sumber daya air 

Salah satu kekhawatiran terbesar bagi sumber daya berbasis air di masa depan adalah keberlanjutan alokasi sumber daya air saat ini dan bahkan masa depan.  Ketika air menjadi lebih langka pentingnya bagaimana berhasil tumbuh jauh. Menemukan keseimbangan antara apa yang dibutuhkan oleh manusia dan apa yang dibutuhkan di lingkungan merupakan langkah penting dalam keberlanjutan sumber daya air. Upaya untuk menciptakan sistem air tawar yang berkelanjutan telah terlihat pada tingkat nasional di negara-negara seperti Australia, dan komitmen tersebut terhadap lingkungan bisa mengatur model untuk seluruh dunia.
Bidang pengelolaan sumber daya air harus terus beradaptasi dengan isu-isu saat ini dan masa depan menghadapi alokasi air. Dengan ketidakpastian pertumbuhan perubahan iklim global dan dampak jangka panjang dari tindakan manajemen, pengambilan keputusan akan lebih sulit. Sangat mungkin bahwa perubahan iklim yang sedang berlangsung akan menyebabkan situasi yang belum ditemui. Akibatnya, strategi manajemen baru harus dilaksanakan untuk menghindari kemunduran dalam alokasi sumber daya air.
    

SUMBER :  https://en.wikipedia.org/wiki/Water_resource_management&prev=search